Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menaikkan skor Test of English as Foreign Language (TOEFL) dari 450 menjadi 475, sebagai persyaratan kelulusan calon sarjana di kampus tersebut. Skor baru ini berlaku untuk mahasiswa mulai Angkatan 2010 ke atas.
Hal ini dikemukakan Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng saat membuka kegiatan Aceh Youth English Forum (AYEF) First International Young Moslem Conference di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussaalam, Banda Aceh, Selasa (31/12).
Menurut Samsul, saat ini kemampuan berbahasa asing bagi generasi Aceh khususnya mahasiswa, sangat penting dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Karena itu, menaikkan skor TOEFL ini merupakan salah satu cara meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi mahasiswa.
Namun, Rektor mengatakan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk pelaksanaan program tersebut. “Di tahun 2014 kita akan persiapkan kebutuhan contohnya infrastruktur untuk mendukung terlaksanya rencana ini. Alhamdulillah, kemarin sudah ada beberapa mahasiswa yang nilai TOEFL-nya mencapai 475,” katanya.
Selain itu, saat membuka seminar tersebut ia juga mengatakan bahwa Unsyiah akan memberikan pendidikan kuliah gratis atau beasiswa kepada putra putri daerah terpencil. “Kalaupun bukan beasiswa, sekurang-kurangnya kita bebaskan iuran SPP,” kata Samsul Rizal.
Dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM), lanjut dia, Aceh masih kalah bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia. “Karenanya generasi Aceh harus berpendidikan agar menjadi SDM yang bermanfaat membagun masa depan Aceh,” demikian Samsul.
Sementara itu, Konferensi Internasional Pemuda Muslim yang diselengarakan AYEF di Gedung AAC Dayan Dawwod Darussalam, Banda Aceh, Selasa (31/12), menghasilkan rekomendasi agar pemuda muslim harus meningkatkan potensi diri agar mampu bersaing di era globalisasi.
Hal yang dapat dilakukan di antaranya dengan peningkatan keterampilan berbahasa untuk komunikasi internasional, pengembangan industri lokal, dan mengenalkan budaya serta identitas bangsa.
Seminar yang diikuti 250 peserta itu dibuka Rektor Unsyiah Samsul Rizal. Seminar menghadirkan empat pembicara yaitu Pakar Komunikasi Politik UI Prof Dr Bachtiar Aly, Dosen UIN Ar-Raniry Dr Suraiya IT, Dosen University of New England Australia Zifirdaus Adnan, dan perwakilan himpunan Pariwisata Muslim Indonesia untuk Aceh, Mujibburizal.
Dr Suraiya IT mengatakan, globalisasi menyebabkan informasi dan budaya luar lebih mudah masuk ke Aceh, sehingga diperlukan filter untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Ia menilai generasi saat ini terbagi tiga kelompok.
Pertama, generasi yang tidak mampu menyaring informasi dari luar sehingga terjerumus ke dalam hal-hal buruk. Kedua generasi yang mampu menyaring informasi dengan baik serta berkreativitas menciptakan inovasi baru, dan ketiga generasi yang berhasil tapi tidak peduli pada lingkungan.
Sementara Bachtiar Aly meminta mahasiswa Aceh harus benar-benar menguasai bahasa Inggris agar bisa menghadapi dunia global yang kecanggihan teknologinya tak dapat dibendung. Ia juga berharap perempuan Aceh mengambil peran membangun Aceh ke depan