Kamis, 30 Mei 2013

Aceh dan Indonesia Meredup Karena Kampus Tidak Merdeka


Banda Aceh- Aceh dan Indonesia tidak lagi mampu bangkit dari ketertinggalan, diakibatkan oleh birokrasi kampus sama dengan pemerintah. Tidak adanya otonomi dan kemerdekaan membuat Perguruan Tinggi (PT) jalan ditempat.

Sejatinya, agar mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa, PT di Aceh dan Indonesia harus punya otonomi. Demikian pernyataan Rektor Universitas Syiah Kuala, Kamis (30/5/2013) saat menyampaikan materi yang berjudul Peran dan Tanggung Jawab Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Aceh. Pada acara seminar desk Aceh Kemenko Polhukam di Hermes Palace Hotel.

Dia membandingkan, pada era 60-an, Malaysia masih harus belajar kepada Indonesia. Guru-guru banyak didatangkan dari Aceh. Namun sekarang berbanding terbalik, banyak putra-putri Indonesia, khususnya Aceh yang belajar kesana.

“Dulu Malaysia belajar kekita. Namun sekarang kita yang berbondong- bondong kesana,” ujarnya prihatin.
Dia juga melanjutkan, sekarang kondisi pendidikan di Aceh khususnya sedang dalam kondisi meredup. Aceh seimbang dengan Papua. Padahal dari segi anggaran, dan kondisi daerah, Aceh unggul segalanya daripada negeri Cenderawasih itu.

Aceh, menurut Syamsul adalah daerah yang tidak menjanjikan. Hal ini dikarenakan jauh dari pusat kekuasaan. Nah, tentu kondisi ini tidak boleh selamanya dibiarkan. Aceh harus diubah menjadi pintu gerbang terluar dari Indonesia. Tentu menjadikan diri sebagai pintu gerbang yang siap menerima kemajuan, maka sektor yang harus dikuatkan adalah pendidikan.

sumber : http://theglobejournal.com/Pendidikan/aceh-dan-indonesia-meredup-karena-kampus-tidak-merdeka/index.php 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar